Mekanisme Reaksi Subsitusi Nukleofilik SN1
Pada artikel
sebelumnya telah di bahas mengenai reaksi subsitusi SN2, dimana
alkil halide tersier tidak dapat bereaksi dengan mekanisme reaksi subsitusi tersebut.
Namun lain ceritanya apabila alkil halide tersebut di reaksikan dengan suatu
basa yang sangat lemah semisalnya H2O atau CH3CH2OH
maka akan terbentuk produk subsitusi
disertai dengan produk eliminasi.
Jika alkil halida tersier tak dapat
bereaksi secara SN2, bagaimaną produk substitusi itu terbentuk?
Ternyata alkil halida tersier mengalami substitusi dengan suatu mekanisme yang
berlainan, yang disebut reaksi SN1 (substitusi, nukleofilik,
unimolekular). Hasil eksperimen yang diperoleh dalam reaksi SN2 cukup
berbeda dari hasil dalam reaksi SN2. Secara kha jika suatu
enantiomer murni (dari) suatu alkil halida yang mengandung karbon C-X yang
kiral, mengalami suatu reaksi SN1maka akan diperoleh produk
substitusi rasenik (bukan produk inversi seperti yang diperoleh dalam reaksi SN2).
Juga disimpulkan bahwa pada umumnya pengaruh konsentrasi nukleofil pada laju
keseluruhan reaksi SN1sangat kecil (kontras dengan reaksi SN2,
di mana laju berbanding lurus dengan konsentrasi nukleofil) Untuk menerangkan
hasil eksperimen ini, akan dibahas mekanisme reaksi SN1 dengan menggunakan
t-butil bromida dan air. Untuk sementara produk eliminasi diabaikan dulu .
Mekanisme reaksi
Reaksi SN1 adalah reaksi
ion. Mekanismenya kompleks karena adanya antaraksi antara molekul pelarut,
molekul RX, dan ion-ion antara yang terbentuk. Atas alasan ini, mekanisme yang
kita paparkan di sini agak diidealkan.
Reaksi SN1 suatu alkil
halida tersier adalah reaksi bertahap (stepwise reaction). Tahap pertama berupa
pematahan alkil halida menjadi sepasang ion: ion halida dan suatu kar.
bokation, suatu ion dalan mana atom karbon mengemban suatu muatan positif.
Karena reaksi SN1
melibatkan ionisasi, reaksi-reaksi ini dibantu oleh pelarut polar, seperti 0,
yang dapat menstabilkan ion dengan cara solvasi (sovation).
Tahap 2 adalah
penggabungan karbokation itu dengan nukleofil (H20) menghasilkanterbent produk
awal, suatu alkohol berproton (protonated).
Tahap terakhir dalam deret ini ialah
lepasnya H' dari dalam alkohol berproton tadi, dalam suatu reaksi asam-basa
yang cepat dan reversibel, dengan pelarut.
Jadi reaksi keseluruhan t-butil bromida dengan
air sebenarnya terdiri dari dua reaksi yang terpisah: reaksi SN1
(ionisasi yang dikuti oleh kombinasi dengan nukleofil) dan suatu reaksi
asam-basa. Tahap-tahap itu dapat diringkaskan sebagai berikut:
Perhatikan diagram energi untuk suatu reaksi SN1
(Gambar 5.5). Tahap 1 (ionisasi) secara khas mempunyai Eakt tinggi;
inilah tahap lambat dalam proses keseluruhan. Harus tersedia cukup energi agar
alkil halida tersier mematahkan ikatan sigma C-X dan meng hasilkan karbokation
serta ion halida Karbokation itu adalah zat-antara (intermediate) dalam reaksi
ini, suatu struktur yang terbentuk dalam reaksi dan bereaksi lebih lanjut
menghasilkan produk. Suatu zat-antara bukanlah keadaan transisi. Zat antara
mempunyai usia terhingga (finite), sedangkan keada- an transisi tidak. Pada
keadaan transisi, molekul mengalami pematahan ikatan dan pemben- tukan ikatan.
Energi potensial suatu keadaan transisi merupakan titik puncak dalam suatu
kurva energi-potensial. Sebaliknya, zat-antara adalah suatu produk sementara
yang reaktif Pematahan ikatan atau pembentukan ikatan tidak sedang berlangsung
di dalam suatu zat- antara. Energi suatu zat-antara lebih rendah daripada
energi keadaan-keadaan transisi yang mengapitnya, tetapi energi ini lebih
tinggi daripada energi produk-produk akhir. Diagram energi dalam Gambar 5.5
menunjukkan suatu sumur untuk pembentukan karbokation; su mur ini tidak dalam
keadaan karbokation adalah spesi reaktif berenergi-tinggi Tahap 2 dalam deret
reaksi SN1 berupa reaksi antara karbokation dengan nukleofil.
Keduanya bereaksi dengan Eakt rendah, jadi suatu reaksi yang cepat.
Permasalahan
1. Bagaimana relasi antara laju reaksi dengan Eakt?
2. Bagaimana pengaruh hubungan laju reaksi dengan
Eakt pada mekanisme reaksi subsitusi nukleofilik SN1?
3. Mengapa tahap 1 pada reaksi subsitusi
nukleofilik SN 1 berlangsung secara lambat dan pada tahap dua
berlangsung cepat?
Terimakasih sebelumnya...
BalasHapusSaya oktora sihaloho ( RSA1C117010) Akan mencoba menjawab pertanyaan dari saudara Habib yaitu nomor 3.
Berdasarkan dari artikel anda yang saya baca tahap 1 reaksi SN1 berlangsung lambat karena pada tahap 1 (ionisasi) yang dibantu dengan pelarut polar seperti H2O secara khas mempunyai Eakt tinggi yang mengakibatkan pada tahap ini lambat dalam proses keseluruhan maka harus cukup energi agar alkil halida tersier bisa mematahkan ikatan sigma C-X dan menghasilkan karbokation serta ion halida. Sedangkannpada tahap 2 deret reaksi SN1 berupa reaksi antara karbokation dengan nukleofil, keduanya bereaksi dengan Eakt rendah maka pada tahap 2 terjadi reaksi yang cepat....
Sekian dan terimakasih semoga bisa menjelaskan sedikit permasalahan saudara Habib...