Penerapan Teori dalam Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran
Sumber : https://asset.kompas.com |
Sumber : https://www.kelaspintar.id |
Salah satu cabang
ilmu pengetahuan alam yang merupakan bagian dari kurikulum 2013 yaitu kimia.
Kimia merupakan mata pelajaran yang di dalam pembelajarannya memerlukan
pemahaman secara berkelanjutan aplikatif dan juga komprehensif. Di dalam
pembelajaran kimia peserta didik tidak hanya diminta untuk memiliki pemahaman
terhadap konsep, tidak hanya melakukan percobaan lalu berhipotesis, tidak hanya
mengamati lalu menjawab soal, tetapi juga diminta untuk dapat menggarap suatu
pengetahuan otentik berupa suatu gagasan baru yang dihasilkan dari pola
berpikir kreatif. Dengan itu peserta didik dapat aktif terlibat secara langsung
dalam membangun pengetahuannya sendiri dan dapat lebih mudah dalam memahami
konsep kimia yang sulit berdasarkan perspektifnya.
Materi kimia yang
dibahas pada kelas X semester genap salah satunya adalah larutan elektrolit dan
non elektrolit. Materi merupakan materi yang memerlukan kemampuan berpikir kreatif
peserta didik. Larutan elektrolit dan non elektrolit merupakan salah satu
materi kimia berupa fakta yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Di
dalam memahami materi larutan elektrolit dan nonelektrolit peserta didik
dituntut untuk menggambarkan representasi makroskopik, mikroskopik, serta
simbolik. Oleh karena itu peserta didik harus mampu menciptakan suatu kerangka
berpikir kreatif di dalam memahami materi tersebut.
sumber : https://i0.wp.com/www.studiobelajar.com/ |
Berdasarkan
wawancara bersama guru kimia di SMAN 12 kota Jambi pada 24 Agustus 2020, diperoleh informasi bahwa
peserta didik di kelas X IPA kurang aktif didalam bertanya ketika proses belajar
berlangsung, kurang tanggap dalam mengolah informasi, serta minimnya kemampuan berpikir
kreatif dalam menjawab permasalahan dimana peserta didik cenderung menggunakan
jawaban yang tertulis pada buku. Untuk menjawab permasalahan tersebut, tentunya
peserta didik perlu dibantu oleh guru agar dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kreatif dan kemampuan mengkonstruksi potensi yang ada di dalam tiap individu
peserta didik.
Penelitian Relevan
Maghfuroh and Rochmad (2019) melakukan
penelitian untuk mengetahui keterkaitan antara model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain)
dengan pendekatan open-ended dan kemampuan berpikir kreatif. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat keterkaitan antara tiga aspek tersebut, Karena pada
tiap tahap pembelajaran POE mengembangkan tiap indikator terhadap keterampilan
berpikir kreatif.
Bahroini and Agustin (2017) juga melakukan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model POE (Predict-Observe-Explain)
terhadap kemampuan berpikir kreatif. Ditemukan bahwa kemampuan berpikir kreatif
peserta didik yang belajar menggunakan model POE (Predict-Observe-Explain)
lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang belajar dengan menggunakan
model konvensional.
Berdasarkan dari hasil dua penelitian di atas, model POE (Predict-Observe-Explain) dan Pendekatan open-ended memiliki hubungan terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Menurut Erni, Napitupulu, and Sakung (2013), model pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) memiliki orientasi pada pilar-pilar pembelajaran pakem (aktif kreatif, efektif, dan menyenangkan). Oleh karena itu, pembelajaran akan menjadi lebih menarik dikarenakan peserta didik tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru tetapi juga diajak untuk terlibat secara langsung untuk mengamati suatu peristiwa lalu menghubungkan kepada teori sehingga peserta didik akan lebih meyakini dan memahami kebenaran dari materi belajar.
Jumi, Suleman, dan Tangio (2018) didalam
penelitian nya menjelaskan bahwa pendekatan open-ended merupakan suatu
pendekatan belajar dengan permasalahan yang diformulasikan untuk menciptakan
banyak penyelesaian. Permasalahan open-ended dapat dijadikan sebagai indikator
pemahaman konsep peserta didik. Permasalahan open-ended menciptakan suatu
tantangan pada peserta didik untuk membuktikan kedalaman pemahaman terhadap
materi. Permasalahan open-ended yang baik adalah permasalahan yang menampilkan
fakta kontekstual yang relevan, memiliki penyelesaian lebih dari satu, peserta
didik diharapkan dapat menjawab permasalahan dalam rentang waktu 5 menit, serta
penyelesaian yang diberikan peserta didik lebih dari sekedar teori buku.
Berkaitan dengan
uraian tersebut, dalam rangka menciptakan suatu proses belajar yang dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan memberikan pengalaman belajar
efektif dan juga menyenangkan dimana peserta didik terlibat langsung di dalam
proses belajar, dapat digunakan model POE (Predict-Observe-Explain) dengan
pendekatan open-ended. Alasan
penggunaan model tersebut adalah sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif peserta didik serta pendekatan open-ended dimaksudkan
untuk mengevaluasi tingkat kemampuan peserta dalam berfikir kreatif. Dengan
melaksanakan hal tersebut diharapkan dapat memberikan pengaruh baik terhadap
keterampilan berpikir kreatif peserta didik.
Berdasarkan paparan latar belakang tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dengan pendekatan Open-Ended Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik pada Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit di SMAN 12 Kota Jambi”
Teori Belajar Terhadap Model POE (Predict-Observe-Explain) dan Permasalahan Open-Ended
Sumber : https://previews.123rf.com/ |
Model pembelajaran POE
(predict-observe-explain) merupakan sebuah model yang awal dikembangkannya
mempunyai tujuan agar peserta didik mampu mengkomunikasikan prediksi mereka
terhadap suatu fenomena. Pembelajaran POE (predict-observe-explain)
ini sendiri memiliki landasan teori belajar konstruktivisme dimana dalam
pelaksanaannya diharapkan menciptakan output agar guru mampu mengetahui
gagasan dasar peserta didik, lalu peserta didik akan memberi informasi tentang
apa yang di diketahuinya kepada guru untuk menghasilkan diskusi yang nantinya
dapat memotivasi peserta didik untuk melakukan investigasi menghasilkan
pemahaman konsep individu secara kontekstual.
Dalam pelaksanaan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran POE (predict-observe-explain) terdapat
tahapan awal yaitu predict di mana peserta didik diberikan suatu pemaparan
mengenai suatu fenomena dan diminta untuk memberikan pendapat berupa prediksi atau
hipotesis berdasarkan pengetahuan dan teori yang mereka miliki yang
diperoleh dari pembelajaran-pembelajaran sebelumnya. Keadaan peserta
didik yang memiliki struktur pemahaman yang berbeda-beda setiap individu nya
ini tentunya selaras dengan teori Piaget. Meskipun peserta didik diberikan
pemaparan mengenai suatu fenomena yang sama, namun akan menghasilkan
prediksi yang berbeda sesuai dengan bagaimana peserta didik memaknai dan
menghubungkan pembelajaran yang telah dilaluinya terhadap permasalahan dari
guru.
Model POE (predict-observe-explain)
juga melewati fase Observe di mana peserta didik diminta secara
kolaboratif untuk bertukar pengetahuan awal bersama dengan teman-teman
nya, hal tersebut sesuai dengan teori konstruktivisme vygotsky. Namun
perlu diperhatikan disini meskipun dilakukan secara kolaboratif namun
terdapat hasil akhir pada tahapan ini nantinya adalah peserta didik
memperoleh suatu konsep yang berbeda sesuai dengan adaptasi
intektual dalam konteks sosial budaya peserta didik.
Tahapan terakhir di dalam
langkah-langkah pembelajaran model POE(predict-observe-explain) yaitu Explain.
Pada tahapan ini peserta telah memiliki suatu gagasan baru yang
diperoleh dari proses membangun pengetahuan sedikit demi sedikit dari dua
tahapan awal pembelajaran model POE (predict-observe-explain).
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran POE (predict-observe-explain)
selaras dengan teori belajar konstruktivisme dimana pada setiap
tahapan pelaksanaannya di dalam pembelajaran menekankan pada peserta
didik untuk bersikap kolaboratif dalam memecahkan masalah namun secara individu
dalam membangun suatu otentikasi gagasan baru yang bermakna.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
BalasHapusSaya Indah (RSA1C117005)
Saudara Habib mengatakan gagasan baru bermakna yang berbeda pada setiap siswanya. Pertanyaan saya disini bagaimana peran guru dalam menyamakan konsep setiap muridnya?
Terimakasih.