Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

MEKANISME REAKSI ELIMINASI E1

Gambar
Pada artikel dua minggu sebelumnya, kita telah membahas tentang mekanisme reaksi subsitusi nukleofilik S N 1, jika dihubungkan dengan reaksi eliminasi E1, maka akan terlihat beberapa persamaan diantara kedua mekanisme reaksi tersebut, diantaranya adalah keduanya sama-sama melalui dua tahap reaksi dan keduanya sama-sama menghasilkan karbokation pada tahap awal mekanisme reaksinya yang merupakan zat antara (intermediate) pada kedua reaksi tersebut. Sedikit informasi mengenai karbokation, bahwa zat ini merupakan zat antara, dengan kata lain ini bukan merupakan produk yang stabil, karena ketidakstabilannya dan juga di pengaruhi oleh energy yang tinggi maka karbokation akan dengan cepat dan mudah untuk bereaksi kembali untuk mencapai kestabilan. Selain bereaksi dengan nukleofil (Reaksi subsitusi nukleofilik S N 1), karbokation memiliki alternatif lain untuk   mencapai titik stabil, yaitu dengan menjadi produk alkena (rangkap dua), dimana akan terjadi donor proton dari suatu karbokati

Mekanisme Reaksi Eliminasi E2

Gambar
Reaksi eliminasi alkil halida yang paling berguna ialah reaksi E2 (eliminasi bimolekular) Reaaksi E2 alkil halide cenderung dominan bila digunakan bsa kuat seperti OH - dan – OR, dan temperature tinggi. Secara khas reaksi E2 dilaksanakan   dengan memanaskan alkil halide K +- OH atau Na +- OCH 2 CH 3 dalam etanol. Reaksi E2 berjalan tidak lewat suatu karbokation sebagai zat-antara, melainkan berupa reaksi serempak (concerted reaction) yakni terjadi pada satu tahap, sama   reaksi S N 2. (1) Basa membentuk ikatan dengan hidrogen (2) Elektron-elektron C-H membentuk ikatan pi (3) Brom bersama sepasang elektronnya meninggalkan ikatan sigma C-Br Persamaan di atas menunjukkan mekanisme, dengan anak-panah bengkok menyata- kan "pendorongan-elektron" (electron-pushing). Struktur keadaan-transisi dalam reaksi satu-tahap ini adalah: Dalam reaksi E2, seperti dalam reaksi E1, alkil halida tersier bereaksi paling cepat dan alkil halida primer paling lambat. (Bila

Mekanisme Reaksi Subsitusi Nukleofilik SN1

Gambar
Pada artikel sebelumnya telah di bahas mengenai reaksi subsitusi S N 2, dimana alkil halide tersier tidak dapat bereaksi dengan mekanisme reaksi subsitusi tersebut. Namun lain ceritanya apabila alkil halide tersebut di reaksikan dengan suatu basa yang sangat lemah semisalnya H 2 O atau CH 3 CH 2 OH maka akan terbentuk produk subsitusi   disertai dengan produk eliminasi. Jika alkil halida tersier tak dapat bereaksi secara S N 2, bagaimanÄ… produk substitusi itu terbentuk? Ternyata alkil halida tersier mengalami substitusi dengan suatu mekanisme yang berlainan, yang disebut reaksi S N 1 (substitusi, nukleofilik, unimolekular). Hasil eksperimen yang diperoleh dalam reaksi S N 2 cukup berbeda dari hasil dalam reaksi S N 2. Secara kha jika suatu enantiomer murni (dari) suatu alkil halida yang mengandung karbon C-X yang kiral, mengalami suatu reaksi S N 1maka akan diperoleh produk substitusi rasenik (bukan produk inversi seperti yang diperoleh dalam reaksi S N 2). Juga disimpulkan bahwa

Mekanisme Reaksi Subsitusi Nukleofilik SN2

Gambar
  Suatu atom karbon yang terletak diujung suatu alkil halida memiliki muatan positif parsial, yang susceptible (mudah diserang) oleh anion dan spesi lain yang pada bagian kulit luarmya memiliki sepasang eletron menyendiri. Peristiwa tersebut dapat menghasilkan reaksi yang dikenal dengan Reaksi Subsitusi. Spesi yang menyerang suatu alkil halida dalam suatu reaksi subsitusi disebut nukleofil, atau sering dilambangkan dengan Nu - . Nukleofil tertarik kepada suatu inti bermuatan positif, tetapi nukleofil sendiri memiliki muatan negative, jadi sebuah nukleofil ialah merupakan suatu basa Lewis.   Reaksi subsitusi merupakan reaksi dimana satu atom, ion, atau gugus dalam suatu senyawa kimia digantikan oleh satu atom, ion, atau gugus lain. Sebagai contoh Gambar 1 : Contoh reaksi substusi.          Pada kimia organik maupun anorganik, subsitusi nukleofilik adalah suatu kelompok dasar reaksi subsitusi, dimana sebuah nukleofil yang “kaya” electron, secara selektif berikatan d